Rabu, 02 Januari 2008

Wajah Desa Sedang Berubah


Desaku yang kucinta
Pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku

Tak mudah kulupakan
Tak mudah bercerai
Selalu kurindukan
Desaku yang permai

Dari lirik lagu diatas seakan kita diberi gambaran bahwa kondisi desa kita sangatlah indah, nyaman dan selalu dinaungi oleh suasana penuh kedamaian. Ayah, ibu, sanak saudara dan sahabat semua ada didesa. Berkumpul, bermain dan berkarya didesa, bagi orang desa merupakan suasana kehidupan yang diharapkan. Dan kerukunan hidup yang dilandasi oleh sikap saling menyayangi dan semua kegiatan dilakukan secara gotong royong saeyek saeko proyo benar-benar menjadi pegangan hidup masyarakat desa.

Benarkah kehidupan masyarakat desa kita sekarang masih senyaman itu? Segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama? Ikatan persaudaraan masih kuat?

Untuk menjawab pertanyaan ini tidak mudah. Memang pernah disuatu saat desa-desa kita mengalami kemakmuran yang luar biasa. Keindahan alam dan kemakmuran desa kita diibaratkan seperti zamrud di khatulistiwa yang mengundang kekaguman bangsa manca. Tatapi di suatu saat lainnya, keadaan desa kita pernah mengalami kehancuranyang tidak terkirakan, karena bencana alam, wabah penyakit atau peperangan. Dan pada jaman ini keadaan kehidupan desa kita digilas oleh roda jaman yang sedang menggila. Para petani kita seakan tak berdaya menghadapi perubahan itu. Tawney (1970) menyatakan bahwa kehidupan sebagian masyarakat pedesaan seperti orang yang terendam air sebatas lehernya, sehingga ombak kecilpun akan menenggelamkan mereka.

Kondisi ini di perparah lagi oleh kebijakan pertanian yang dilakukan pemerintah dimasa lalu yang tidak memperhatikan nasib para petani. Dengan hanya mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, jutaan petani menjadi korban. Yang harusnya dilindungi justru dijadikan tumbal. Industrialisasi berjalan terus sampai tak terbendung. Sawah dan ladang berubah menjadi pabrik, akibatnya para petani banyak kehilangan lahan.

Dalam kondisi seperti ini, ada memang walaupun sangat sedikit sekali petani kita dapat berkembang menjadi petani yang sukses. Tetapi juga karena dukungan dari pengusaha saat itu. Bagaimana yang lain? Ada juga petani kita yang hanya mampu bertahan. Karena mampunya hanya bertani, secara otomatis walaupun susah tetap di jalani. Hal ini dialami sebagian besar dari petani kita. Sedangkan yang lain melakukan migrasi dengan beralih ke profesi lain. Akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang mengalami kegagalan. Hal itu di picu oleh minimnya pengalaman dalam bidang lain. Selebihnya lagi hidup dalam kesulitan yang luar biasa.

Di Jombang kondisinya tidak jauh berbeda. Banyak tanah di Wonosalam yang pemiliknya bukan orang Wonosalam. Tanah-tanah tersebut dimiliki orang Surabaya atau orang Jakarta. Kondisi itu sedikit mengalami perubahan seiring dengan ditabuhnya genderang reformasi. Para petani mulai berani menyampaikan tuntutannya guna memperbaiki nasib.

Gayung mulai bersambut. Sektor pertanian mulai mendapatkan perhatian. Apalagi pemimpin di daerahnya berasal dari petani. Alhasil, pembangunan pertanian menjadi pusat perhatian. Akhirnya, pada tahun 2004 di buatlah konsep strategi pembangunan pertanian terpadu. Pembuatan konsep ini dilakukan memang karena sebagian besar warga Jombang adalah petani. Wajar dan masuk akal kalau dilakukan. Dan tidak masuk akal kalau kita mengingkari fakta ini.
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil, diantaranya: Pertama, pengakuan bahwa bidang pertanian sebagai sektor dominan dalam kontribusinya terhadap PDRB. Meski demikian, ternyata sektor tersebut belum bisa memberikan tingkat pendapatan yang memadahi bagi petani itu sendiri. Kedua, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan petani akan berhasil jika ditunjang oleh ketersediaan saprodi terutama benih, peningkatan produktivitas dan penyuluhan, pengolahan hasil menjadi olahan jadi, sarana pasar dan promosi, dan juga ketersediaan kredit dan asuransi pertanian.

Dan memang strategi pembangunan pertanian terpadu ini secara konsisten di jalankan oleh pemerintah kabupaten Jombang. Yakni dengan melakukan pengawasan terhadap distribusi pupuk dan saprodi dengan harga yang terjangkau petani. Pembangunan infrstruktur pertanian, penyediaan permodalan petani, penataan kelembagaan penyuluhan pertanian, dan revitalisasi kelompok tani.
Disamping itu, sekarang ini desa sedang di gelontor oleh berbagai program pemerintah seperti PPK, P2KP, Gerdutaskin, P2SPP, Stimulan khusus, ADD dan masih banyak lagi. Kesiapan masyarakat desa dalam menerima program haruslah disiapkan, agar program tersebut tepat sasaran dan bermanfaat bagi kemajuan desa. Ke-306 desa/kelurahan sudah mampu membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/Kelurahan (RPJMD/K).

Kesiapan masyarakat dalam melaksanakan program itu dibuktikan dengan adanya partisipasi masyarakat desa. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya, sehingga program yang ada di desa akan selalu direncanakan bersama, dilaksanakan bersama, dan juga di awasi bersama. Jangan coba-coba melakukan penyelewengan, karena akan berhadapan dengan masyarakat secara langsung. Praktis, sudah tidak ada lagi pelaksanaan pembangunan desa yang di dominasi oleh perangkat desa atau keluarga kepala desa.

Semangat kegotong-royongan yang akhir-akhir ini mulai luntur coba digelorakan kembali. Dengan semangat keswadayaan dan gotong-royong lambat laun kondisi desa berubah kearah yang lebih baik. Penduduk desa menyadari bahwa saat inilah keberadaannya diakui dan di perhatikan. Saat inilah penduduk desa merasa menjadi aktor dalam melaksanakan pembangunan.

Hasil yang dapat dilihat dari proses pemberdayaan masyarakat desa ini sungguh luar biasa. Lihatlah jalan-jalan poros desa sudah mulus, sehingga dapat melancarkan aktivitas penduduk desa dalam membangun perekonomian. Para petani bisa dengan mudah mengangkut hasil panennya dari sawah. Selain itu, akses pendidikan dan kesehatan dengan mudah terjangkau. Itu semua merupakan buah dari partisipasi masyarakat desa. Pendek kata, sebaik apapun konsep pembangunan, tanpa di dukung oleh partisipasi masyarakat desa, pemerintah daerah tidak dapat melakukan apa-apa.

Seiring dengan bergulirnya waktu, kini desa kita sedang berubah. Perubahan itu bukan hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga warga yang mendiaminya. Dan perubahan itu bukanlah tanpa sebab. Dengan sentuhan dingin Pemimpin Daerahnya semua yang tadinya diam dan beku dapat segera bergerak dengan cepat. Kebijakan yang diarahkan untuk mensejahterakan petani di kedepankan. Sementara kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang di tinggalkan.

Maka tidak heran, pembangunan yang bersifat mercusuar, seperti pembangunan mal-mal, stadion besar dan megah tidak dilakukan. Itu semua berangkat dari kesadaran bahwasannya kebijakan kebijakan yang ada harus berpihak kepada yang lemah. Hanya pemimpin Daerah yamg memiliki kepekaan tinggi yang dapat melakukannya. Hanya pemimpin seperti ini yang notabene berasal dari keluarga petanilah yang dapat memahami cara berpikir dan tradisi petani. Bagaimana mungkin dapat memahami kalau bukan berasal dari satu jiwa. Jiwa petani yang berusaha membangun negeri ini menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi. Mari kita bekerja dari dan untuk kesejahteraan petani.

Tidak ada komentar: