Jumat, 25 Januari 2008

Uang Rp 20 Ribu Tidak Lagi Berarti Bagi Kaum Ibu


Imbas Melambungnya Harga Kebutuhan Pokok


JOMBANG – Melambungnya harga kebutuhan pokok serta terjadinya kelangkaan minyak tanah akhir-akhir ini membuat sejumlah kaum ibu yang ada di Kabupaten Jombang kelimpungan. Mereka harus memutar otak agar bisa membelanjakan uang hasil kerja yang notabene digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Praktis, uang senilai Rp. 20 ribu yang dulunya cukup untuk kebutuhan, saat ini hanya pas-pasan, bahkan cenderung kurang. Kok bisa?

SHOLIKAH (50), seorang ibu yang bekerja sebagai tukang cuci di Desa Nglundo, Kecamatan Jombang mengaku, upahnya sebesar Rp 8.000 sehari ditambah dengan upah suaminya sebagai buruh lepas sebesar Rp 15.000 per hari, hanya bisa digunakan untuk makan sehari-hari bersama empat orang anak dan seorang cucunya.

Dengan menganggarkan uang belanja Rp 20.000 per hari, menurutnya, hanya cukup untuk membeli dua Kilogram beras seharga Rp 11.000, seperempat minyak goreng senilai Rp 3.500, dan seliter minyak tanah Rp 2.500.

“Sisanya tinggal Rp 3.000, itu hanya cukup untuk beli sayur. Kalau mau makan lauk, ya hanya tempe. Itu saja biasanya diberi oleh majikan saya. Kalau masih ada sisa Rp 3.000 dari upah bekerja, itu disimpan sebagai uang saku anak-anak,” ucapnya pasrah.

Sholikah tidak sendiri, beberapa kaum ibu juga merasakan gejala yang sama. Kebanyakan dari mereka harus mengerem segala kebutuhan keluarga. Semisal, untuk uang saku anak harus dipangkas hingga 30 persen. “Intinya harus pintar menyiasati agar dapur tetap ngebul. Kalau tidak begitu, bagaimana bisa makan?,” tambah seorang ibu yang biasa berjualan di kawasan simpang tiga Jombang dengan nada bertanya..

Tak hanya itu saja, kelangkaan minyak tanah yang terjadi belakangan ini di Jombang, juga menyebabkan kaum ibu di Kecamatan Peterongan terpaksa memasak dengan kayu bakar. Padahal, dengan menggunakan kayu bakar otomatis tenaga yang harus dikeluarkan oleh para ibu tersebut cenderung lebih besar. Sunarti (40) mengaku, sempat selama seminggu terakhir ini pihaknya kesulitan memperoleh minyak tanah.

“Untuk menyiasati, akhirnya saya pakai kayu bakar untuk memasak. Tapi itu harus dibayar dengan tenaga ekstra. Karena saya harus mencarinya ke kebun terlebih dulu. Sehingga waktu yang seharusnya di buat untuk bekerja harus terbuang hanya untuk mencari kayu bakar,” katanya.

Menurut ibu yang bekerja sebagai penjaja kue keliling ini, kesulitan ekonomi sekarang ini cukup membebankan ibu rumah tangga, karena tak hanya lonjakan harga yang dihadapi, tapi juga kelangkaan. “Barangnya langka, duitnya juga langka. Mau hidup gimana lagi,” ucap Sunarti dengan nada mengeluh.

Untuk itu, pihaknya sangat berharap kepada pemerintah agar memahami kesulitan yang di dera oleh kaum ibu. Yang terpenting baginya, bagaimana kebutuhan pokok yang terus merangkak naik ini segera dihentikan. Dan juga kelangkaan minyak tanah bisa segera diatasi. “Harapan kami agar pemerintah segera mengambil langkah. Sehingga masalah-masalah terkait kebutuhan pokok bisa teratasi,” pungkasnya.

1 komentar:

ROSIDAH DKU DONUTS mengatakan...

Salam kenal mas, dari bakul donat kampung di Jombang. Bagaimana dengan harga minyak goreng dan terigu yang melambung? Dampaknya besar lho bagi kelangsungan usaha bagi para pengusaha kue tradisional.

Rosidah W. Utami
http://utamidonat.blogspot.com
Donat Kampoeng Utami