Jumat, 25 Januari 2008

Uri-uri Tradisi


Ritual Nyadran diwarnai Kirab Jodang Sepanjang 2 Km

JOMBANG – Ratusan warga dusun Paras desa Turi Pinggir Kecamatan Megaluh berduyun-duyun menuju makam desa. Pagi itu mereka menggelar acara bersih desa atau yang biasa disebut nyadran. Uniknya, dalam ritual itu, warga berbodong-bondong dengan membawa ratusan jodang (tempat makanan terbuat dari kayu, red). Setiap jodang dipikul oleh dua orang. Bagaimana jalannya ritual?


KESIBUKAN yang tidak seperti biasanya mewarnai dusun Paras pagi itu. Iring-iringan jodang sepanjang 2 Km bergerak perlahan menuju makam desa. Dibelakangnya, ratusan warga baik laki-laki maupun perempuan dengan telaten mengiringinya.
Sesampainya di makam, irama kendang terdengar rancak mengiringi, gong, bonang, saron dipadu rebab, seakan saling memacu guna menyambut datangnya iring-iringan tersebut.
Sesaat setelah ratusan jodang itu diturunkan dan kain penutupnya tersingkap nampak aneka macam panganan didalamnya. Mulai dari krupuk, rengginang, kue, dan sebagainya. Aneka makanan ringan itulah yang di jadikan sesaji dan akan porak dalam ritual tersebut.
Acara bersih desa yang digelar oleh dusun yang berada di tepi sungai brantas itu merupakan acara rutin setiap tahun, terutama pada bulan suro. Dengan melakukan ritual itu, warga dusun Paras percaya hasil panen mereka akan menuai keberhasilan. Bahkan semakin berlimpah.
“Ini merupakan ritual yang digelar setiap tahun. Hal itu sudah menjadi tradisi sejak nenek moyang dulu. Intinya warga sini berharap selalu diberi limpahan rezeki serta di jauhkan dari segala bala’ dan penyakit,” tutur Kasmidi (75), sesepuh dusun Paras
Sedangkan makam yang dijadikan tempat ritul adalah makam mbah Sandi. Oleh warga, mbah Sandi dipercaya sebagai orang yang berjasa mendirikan desa tersebut. Dengan kata lain, makam yang berada dalam cungkup tersebut merupakan orang yang pertama kali mbabat alas dusun Paras.
Hari semakin siang, warga yang hadir dalam acara ritual semakin berjubel. Mereka berdesakan diantara areal pemakaman. Didepannya, jodang yang berisi panganan siap untuk disantap. Sebagian besar dari mereka tidak sabar dan ingin ngalap berkah dari sesajen itu.
Seiring dengan selesainya sesepuh desa membacakan do’a, ratusan warga itu langsung menyatap sesajen yang sudah tersedia. Sebagaian lagi, ada yang memasukkannya ke dalam tas besar untuk dibawa pulang dan dinikmati bersama keluarga.
“Selain untuk meminta keselamatan dan minta dilimpahkan rezeki, acara ini juga digunakan sebagai media untuk merekatkan tali silaturahmi diantara sesama. Maka tidak heran, hingga saat ini warga desa Paras selalu rukun dan damai,” tambah Kartubi (45) salah satu warga.
Sembari menikamati sesajen, Kartubi menambahkan, acara ritual yang digelar oleh warga dusun Paras tidak selesai sampai disitu. Malam harinya, warga diberi suguhan hiburan selama dua malam. Yakni, dengan menggelar pementasan ludruk dan wayang kulit.

Tidak ada komentar: