Senin, 30 Juli 2007

Demi Adipura Menindas Kaki Lima


Pagi itu udara begitu cerah, matahari sudah meninggi. Kerumunan massa yang jumlahnya lebih dari 100 orang bergerak merengsek menuju Kantor Pemerintah Kabupaten Jombang. Mereka membawa poster, spanduk, serta megaphone. Tidak hanya itu, disepanjang perjalanan kelompok massa yang mengaku dari komunitas Pedagang Kaki Lima (PKL) ini juga menyebarkan statement kepada setiap pemakai jalan. ”Kami menolak semua bentuk penggusuran. Tolong biarkan kami untuk mencari nafkah. Bagi kami, keamanan yang berujung ketakutan sama artinya dengan penindasan,” ungkap massa aksi yang berambut gondrong dalam kesempatan orasinya.

Menurut pemuda setengah baya ini, aksi turun jalan yang digelar oleh komunitas PKL bukan tanpa alasan. Hal itu dipicu oleh tindak sewenang-wenang yang dilakukan Pemkab setempat melalui perangkat keamanannya yakni Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja). Pemuda yang belakangan diketahui sebagai koordinator aksi tersebut menjelaskan, sejak satu bulan terakhir ini para PKL yang biasa menjajakan dagangan disepanjang Jalan Merdeka diliputi rasa tidak aman. Mereka selalu dikejar-kejar oleh petugas Satpol PP. Intinya, mereka dilarang berjualan di jalan protokol dengan alasan akan ada penilaian terkait penghargaan piala Adipura.

Praktis, kucing-kucingan antara PKL dengan Satpol PP menjadi pemandangan sehari-hari. Apabila datang petugas yang berseragam hijau tua layaknya tentara tersebut, PKL yang jumlahnya puluhan orang itu dengan segera membereskan barang dagangannya, lari dan sembunyi. Begitu sebaliknya, jika para petugas itu pergi, tanpa dikomando mereka kembali menggelar dagangan. Sebab jika hal itu tidak dilakukan maka barang dagangannya akan berpindah tempat ke kantor satpol PP sebagai barang sitaan. Akibatnya dapat ditebak, dapur rumah tangga akan malas ngebul sebab nafkah hasil jualan sirna. Belum lagi kebutuhan anak-anak mereka untuk sekolah. “Inilah wujud penindasan yang telah dilakukan oleh penguasa. Demi Adipura tega menindas kaki lima,” teriaknya dengan nada geram.

Menurut para PKL, Adipura hanyalah prestise bagi penguasa, sedangkan bagi rakyat kecil tidak berdampak apa-apa. Pendeknya, dampak Adipura baik sosial maupun ekonomi tidak pernah dirasakan oleh rakyat, bahkan cenderung merugikan. Bagimana tidak, untuk berjualan saja mereka diliputi rasa was-was.

Tidak ada komentar: